Seminggu
rasa dua bulan, itu yang saya rasakan. Menunggu datangnya hari sabtu untuk
ketemu lagi sama Om Dokter membuat detik demi detik berasa slow motion. Halah… Alhamdulillah
hari yang dinanti datang juga.
Sampai rumah sakit jam10 pagi. Saya dapat antrean nomor 29, dan saat daftar ulang
baru panggilan antrean nomor dua. Okay, gapapa… Akhirnya saya dan suami
memutuskan untuk cari tempat makan yang bisa buka laptop dengan nyaman. Maklum, kami pasangan suami-istri yang lagi
ketagihan bisnis online, jadi ga bisa
jauh-jauh dari HP dan laptop. Oiya, saya ketemu temen SMA yang
juga sedang mengantre dokter yang sama. Bedanya, temen saya sudah hamil 4weeks, dan sekarang mau memeriksakan
kehamilannya. Semoga saya juga bisa segera nyusul ya ^^ Amiin…
Dua
jam kami mengahabiskan waktu di foodcourt
sebelah rumah sakit. Saat saya kembali ke rumah sakit, saya melihat mbak MR
keluar dari pintu rumah sakit. Saat itu saya masih ragu, itu mbak MR atau
bukan. Mbak MR ini saya kenal dari akun instagram. Foto yang mbak MR posting di
akunnya menggunakan hashtag IVFJourney, dari situ saya pertama kali
kenal dengan mbak MR. Singkat cerita, kami pun ber-whatsapp ria untuk share tentang IVF. Mbak MR ternyata melakukan proses IVF di dokter dan rumah
sakit yang sama dengan saya. Wes
pokoknya nyambung deh pas ngobrol. Tapi kami belum pernah ketemu. Karena masih
ragu, saya ga nyapa mbak MR.
Setelah
mbak MR tak terlihat lagi, saya tanya via whatsapp,
“Mbak,
barusan abis dari rumah sakit kah?”
“Iyaaaaa….
Mbak jugaaaa?”
Hadeuuuuuh….
Asli nyesel deh tadi ga nekad nanya…
Mbak
MR sekarang sedang hamil 24weeks dengan
proses IVF. Pengen rasanya bisa
ketemu dan ngobrol langsung share lebih dalam tentang IVF, lebih tepatnya
tentang pengalaman mbak MR saat proses IVF. Aaaah… ketemu orang yang senasib
itu rasanya seneeeeeeeeng bangets.
Okay,
balik ke cerita Om Dokter. Perawat memanggil nama saya sekitar jam14. Oh my
God, nunggu sampe empat jam itu rasanya ga karuan. Masih terngiang apa kata Om
Dokter jumat lalu,
“Nanti
kita liat yah hari ke 12, apakah rahimnya bagus ato ga. Klo bagus bisa lanjut,
klo gay a ga bisa.”
Masuk
ruangan, Om Dokter menyambut dengan sumringah, agak beda saat jumat lalu.
Hihihi…. Jumat lalu kayaknya lagi sariawan. Haha…
Ga
lama saya sudah siap di kursi USG Trans V untuk diperiksa rahim.
“Bagus
nih, Bagus Bagus…”, suara Om Dokter langsung membuat muka saya berbinar-binar.
“Alhamdulillah
dok..”, jawab saya.
“Mau
bayi tabung?”, tanya Om Dokter sambil senyum.
“Mau”,
saya menjawab tanpa suara sambil mengepalkan kedua tangan seperti mau
mengatakan YES.
Om
Dokter dan Tante perawat tertawa melihat ekspresi saya.
Kembali
ke meja Om Dokter, saya diberi surat rujukan untuk konseling tentang Bayi
Tabung.
“Apa
yang harus saya persiapkan, dok?”
“Ga
ada. Paling olah raga yah… Sama nanti saya kasih obat untuk menambah kualitas
ovum”
Wow….
Langsung teringat sama jadwal renang pekan ini yang belum terlaksana.
Keluar
dari ruangan Om Dokter, saya dan suami hanya saling berpegangan erat, tidak ada
satu kata pun terucap.
Ya
Allah… Terimakasih. Terimakasih atas kesempatan yang Engkau berikan kepada
kami. Kesempatan untuk berikhtiar semampu kami. Semoga ikhtiar kami ini bisa
bernilai pahala di hadapanMu Yaa Allah.
Berbicara
tentang rencana Bayi Tabung kami ini, mungkin untuk sebagian orang adalah
perbuatan yang berlebihan. Mengingat biaya yang tidak sedikit dan proses yang
begitu rumit, apalagi untuk perempuan harus siap merasakan sakit disuntik dan
dicek darah sekitar 12 hari berturut-turut. Dan kemungkinan berhasilnya pun
tidak ada jaminan.
Untuk
saya pribadi, memutuskan untuk melakukan proses Bayi Tabung ini bukan perkara
mudah. Bukan keputusan yang diambil hanya dalam hitungan satu dua hari. Laparoscopy desember 2012, menyisakan luka
yang butuh waktu lama hati ini bisa menerima bahwa ini semua sudah terjadi. Tak ada
guna saya memikirkan hal itu berlarut-larut. Atau berlama-lama saya bertanya
pada Allah, “Kenapa ini semua terjadi pada saya ya Allah?”. November 2013 saya menyelesaikan
pengobatan TB. Tapi saya tetap butuh waktu lagi sekitar satu tahun untuk
memantapkan hati mengambil keputusan Bayi Tabung. Bukan waktu yang singkat.
Bukan keputusan yang mudah.
Kemudian
saya teringat ayatNya yang berbunyi,
“Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kamu sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri”, (QS. Ar-Rad :11)
Yaa…
Saya nanti hamil atau tidak nanti, itu sudah ada catatannya di Lauhul Mahfudz.
Tugas saya dan suami adalah berusaha. Berusaha meminta Allah untuk berkenan
melihat usaha yang kami lakukan dan mendengar doa yang kami panjatkan.
Bismillah….
Pulang
dari rumah sakit, saya dan suami mampir ke toko buku. Saya beli buku “Quantum
Ikhlas” karya Erbe Sentanu. Saya rasa cocok buku ini menemani saya menjalani
proses Bayi Tabung ini, selain Al-Qurannul Kariim tentunya ^^
Yaa
Allah, kami hanya hamba yang lemah. Hanya padaMu kami bergantung….
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Semangaaaaaaaatttttttt ^^
ReplyDeleteNuhun ceu ^^
Deleteehmmmm
ReplyDeleteHar, apa ai kamu? :p
Delete